Regina Pacis Jakarta

RENUNGAN

PASTORAL SEKOLAH DI  SEKOLAH REGINA PACIS JAKARTA

MEWARISKAN CERITA-KU SENDIRI

Edisi Februari 2024

Bahan bacaan

  1. Cerita hidup Santa yang menjadi nama baptisku
  2. Cerita tokoh-tokoh Kitab Suci yang disebut dalam renungan ini
  3. Ayat-ayat Kitab Suci yang disebut dalam renungan ini

Hari Rabu Abu selalu mengingatkan kita bahwa kita ini berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Ketika kita wafat, selain meninggalkan barang-barang dan harta benda, kita juga meninggalkan makam kita sendiri, raga kita yang dikuburkan di tanah dan yang akan menyatu dengan tanah.

Sepasang suami istri lansia yang murah hati dan yang kerap menyediakan nasi kuning bagi umat yang selesai menghadiri Misa Natal dan Paskah. Mereka berdua mendatangkan penjual nasi kuning dengan gerobaknya.  Dan mereka sendiri membantu bapak penjual membagikan nasi kuning itu kepada umat. Umat semua menikmati nasi kuning tersebut sambil ngobrol dan tertawa, mereka nampak bahagia. Suami-istri itu pun kelihatan puas dan bahagia.  Mereka tidak hanya berbagi makanan (harta)  tetapi juga  diri mereka sendiri yang turut melayani dengan penuh ketulusan dan sukacita. Ketika ditanya apa yang mendorong mereka untuk melakukan kebaikan tersebut, mereka menjawab sambil berguyon: “supaya ada cerita tentang hidup kami, ketika kami pergi dari kehidupan ini.”

Ada peribahasa yang mengatakan : “ gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”. Saat kita mati kita tidak hanya meninggalkan tanah kuburan kita, tetapi juga meninggalkan nama yang dikenang oleh orang-orang yang mengenal kita. Nama itu biasanya dilengkapi oleh atribut sifat baik atau buruk seperti, Yudas penghianat, Tomas peragu, Abraham orang beriman, Maria yang taat, orang Samaria yang murah hati, Salomo yang bijaksana dan Pilatus yang terdapat dalam  Credo Para rasul, yang namanya  dikenang sepanjang masa dengan ceritanya yang kurang baik.  Nama-nama  dengan sifatnya masing-masing tersebut merupakan judul dari cerita kehidupan  seseorang yang punya nama tersebut, lalu menjadi sejarah yang dikenang.

Setiap orang tentunya ingin meninggalkan nama yang baik dengan cerita-cerita hidupnya yang bermakna. Maka selagi kita hidup kita bisa membuat cerita kita sendiri, cerita yang bermakna bagi kita dan orang lain. Seperti nama baptis kita yang diambil dari nama santo-santa, mereka  mempunyai ceritanya sendiri yang bermakna, yang memberi inspirasi kepada kita. Santa Teresia Pelindung Misi, Fransiskus Asisi Pembawa Damai, Santo Yohanes Sari Salib Mistikus, Santa Hildegard Pujangga Gereja, dan seterusnya. 

Untuk meninggalkan nama baik kita bisa menentukan cerita kita sendiri, cerita macam apa yang ingin kita bangun. Tentunya sesuai dengan panggilan kita kepada kesucian, kita ingin membuat sebuah cerita yang menyebarkan dampak positif bagi perkembangan diri kita sendiri, bagi sesama kita dan bagi alam semesta, bahkan bagi orang yang kita benci ataupun membenci kita. Sebuah cerita yang memberi inspirasi positif untuk generasi berikutnya. Sebuah cerita yang sarat dengan keinginan untuk berbagi ketimbang menuntut dan meminta. Sebuah cerita yang penuh dengan irama syukur ketimbang mengeluh. Sebuah cerita yang kaya akan penghargaan terhadap orang lain daripada  mencela.

Hidup kita yang fana di bumi ini hanya sekali, dan hidup ini akan berakhir menuju kepada kehidupan yang kekal entah kekal di surga atau di neraka, tergantung dari cerita yang kita buat. Kita bisa membuat cerita yang sesuai dengan tujuan dari penciptaan kita yakni memuliakan Allah (Yes.43:7, 1 Kor.10:31) lewat perbuatan benar kita kepada sesama, lewat tanggung-jawab kita dalam bekerja dengan motivasi untuk kemuliaan Allah. Kita bisa membuat cerita tentang kesetiaan dan perjuangan kita dalam melaksanakan kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab (Yoh.14:21, Why 2:26) dengan rajin membaca Alkitab, berdoa, discernmen, refleksi, berdialog, berkomunikasi. Dan ada banyak cerita bermakna lainnya yang bisa kita tentukan sendiri, artinya kita bisa menentukan reaksi positif kita terhadap perbuatan orang lain yang tidak baik kepada kita, menjadi sebuah cerita yang bermakna dan bisa memberi inspirasi tentang kedewasaan dalam bereaksi, tentang sukacita sejati dalam menghadapi orang yang suka mempersulit kerja kita, tentang pengendalian diri dalam berkomunikasi atau berelasi, dst.

Ketika kita masih hidup, kita mengumpulkan cerita atau kisah hidup-ku yang baik dan benar, sehingga ketika kita wafat kita meninggalkan monumen sejarah kehidupan kita. Monumen Sejarah kehidupan-ku; berupa cerita-cerita yang bermakna dan yang memberi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Dengan demikian ketika kita tidak ada lagi dibumi ini, kita juga masih bisa berbagi cerita yang memberi inspirasi dan mengandung pelajaran bermakna pada orang-orang yang masih hidup.

 

Pertanyaan Refleksi :

  1. “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”, Nama dan cerita baik yang bagaimana yang ingin saya tinggalkan ketika saya dipindah dari komunitas atau lingkungan kerja ?
  2. Bagaimana cara dan usaha saya dalam membuat cerita hidup saya agar bermakna dan memberi inspirasi bagi diriku, sesamaku dan ciptaan ?

ABU yang Meraga

Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kej.3:19)

Edisi Maret 2024

Abu yang dioleskan pada dahi, pada saat Rabu Abu mengingatkan kita akan dua hal yaitu ajakan untuk bertobat dan untuk menyadari keberadaan diri kita sebagai manusia yang berasal dari debu. Abu atau debu selalu dikebaskan oleh orang karena keberadaan mereka mengotori yang lain. Begitu pula tanah selalu diinjak-injak karena berada dibawah. 

 

Abu

Abu seperti manusia jika selalu mengotori atau menjadi pribadi yang sulit dan jahat pasti akan di tolak dan bahkan diusir karena kehadirannya menyakiti orang lain atau mengganggu kehidupan komunitas. Tidak ada seorang pun yang mau ditolak dan diusir, artinya tidak ada yang mau menjadi pribadi yang sulit lalu mempersulit hidup orang lain. Namun dalam kenyataannya orang yang sulit itu ada.  

Orang yang suka mempersulit orang lain  biasanya tidak menyadari kalau mereka itu termasuk orang yang sulit. Jika terjadi kesulitan mereka selalu mempersalahkan orang lain. Tidak mampu melihat ke dalam dirinya secara benar dan jujur. Sikapnya selalu mempersulit orang lain meskipun sebenarnya bisa dipermudah, tetapi tetap saja yang keluar adalah kata-kata yang pedas, sinis, ketus, tidak mau menjawab, atau wajah yang cemberut, sehingga tidak menampakkan wajah Allah yang Maharahim.

Solusinya pertama orang sulit itu perlu memiliki kerendahan hati sebagai debu, yang harus menyadari bahwa dirinya memang sulit. Ada yang memang sudah menyadarinya namun tetap tidak berubah, karena masih membiarkan dirinya dikuasai oleh dosa-dosa seperti dosa sombong, marah, iri, tamak, rakus, hawa nafsu, egoisme dan  malas. Maka perlu adanya kehendak yang kuat untuk menolak dan mengelola dosa-dosa tersebut agar bisa berubah atau bertobat. 

Masa prapaskah merupakan waktu bagi kita untuk bertobat dari dosa-dosa kita.

 

Tanah

Tanah seperti juga manusia yang ada dibawah,  baik sebagai orang bawahan, berpendidikan  rendah, miskin, usia lebih muda, itu semua mempunyai potensi untuk diinjak-injak orang yang berada diatasnya. Namun jika kita mengenali diri kita bahwa  kita ini berasal dari tanah maka kita tidak akan tersinggung secara berlebihan atau merasa tersiksa ketika kita diinjak-injak orang, begitu pula sebaliknya orang  yang sadar bahwa dia berasal dari tanah, akan merasa tidak pantas untuk menginjak-nginjak orang lain, karena kita semua ini sama berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Jika kita wafat raga kita akan hilang lenyap tak berbekas, kecuali nama baik atau buruk kita yang dikenang. Dan jiwa kita akan ke surga atau neraka tergantung perilaku kita. 

 

Kita ini adalah abu yang meraga, yang menjadi hidup oleh nafas Allah. Maka tanah yang kotor dan rendahan ini menjadi berharga sebagai citra Allah, sebagai manusia yang memiliki daya hidup Allah. Daya Hidup Allah atau Roh Kudus ini ada dalam diri kita, dan yang membantu kita untuk hidup dalam pertobatan terus menerus sampai pada kematian raga kita. Sehingga pada akhirnya  kita bisa hidup dalam kesatuan dengan Allah yang Mahakasih. 

Saat-saat hening selama masa pra-paskah menjadi saat yang tepat bagi kita untuk semakin merasakan kehadiran Roh Allah dalam hidup kita. Roh yang membimbing kita pada hidup yang dipersatukan dengan Allah, hidup menjadi suci dihadapan Allah dan sesama.

Selamat menjalani masa pra-paskah.

 

Sr.Linda FMM

Contact Us
1
Chat Us Now
RECIS ADMISSION
Hi Recisian dan calon-calon Recisian !

Perkenalkan saya Admission Sekolah Regina Pacis Jakarta. Terimakasih sudah berkunjung di website kami.

Jika anda ingin menanyakan informasi Pendaftaran Siswa Baru, silakan chat kami melalui WA.