Bolos pelajaran atau bahkan tidak masuk tanpa keterangan sangat mungkin terjadi. Masalah sosial di lingkungan sekolah ini kemungkinan terjadi karena peserta didik masih kurang memahami pentingnya belajar bagi kehidupannya kelak. Ia masih belum sadar bahwa mendapatkan materi formal maupun nonformal adalah bekal bagi masa depannya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, sekolah akan mengambil tindakan berupa teguran, mulai dari paling ringan hingga berat. Bila teguran tidak membuahkan hasil, maka tindakan berikutnya adalah pemberian sanksi. Di sisi lain, tindakan pencegahan seperti bimbingan kepada siswa akan dilakukan demi menjaga minatnya terhadap pelajaran di sekolah.
Perselisihan bisa jadi di mana saja. Di lingkungan kecil seperti antar keluarga pun sangat mungkin perselisihan muncul. Oleh karenanya, tidak heran bila perselisihan ini jadi masalah sosial di sekolah, baik itu antara peserta didik maupun dengan warga sekolah lain. Kalau ditanya soal penyebab, bisa jadi karena ada salah paham, emosi sesaat, ada yang merasa lebih hebat, dan ada pihak yang merasa dirugikan. Antisipasinya bisa dengan menerapkan sikap ramah dan baik kepada sesama, serta selalu membawa kedamaian untuk semua.
Biasanya, fasilitas rusak bisa jadi masalah sosial di lingkungan sekolah yang diakibatkan kecerobohan atau bahkan ketidaksengajaan. Contoh bila hal tersebut disebabkan oleh kecerobohan adalah rusaknya alat praktik karena siswa belum paham cara penggunaannya. Atau bisa juga siswa terburu-buru sehingga tidak sadar menyenggol alat praktik.
Akan tetapi, ada kemungkinan kerusakan fasilitas sekolah didasarkan oleh kesengajaan. Misalnya, meja dan bangku yang digunakan untuk bermain, dicorat-coret, dan lain sebagainya. Maka, tindakan yang akan dilakukan adalah teguran kepada siswa. Kemudian, tindakan akan dilanjutkan dengan edukasi bahwa fasilitas sekolah adalah milik bersama sehingga harus dijaga dengan baik.
Masalah sosial kadang bisa sesederhana tidak menghormati antar warga sekolah. Ada beberapa pihak yang merasa lebih unggul dan menyepelekan pihak lain. Tentu saja, tindakan seperti ini tidak diperbolehkan demi menjaga kedamaian dan kebersamaan. Oleh karenanya, untuk mengantisipasi senioritas, kesadaran bahwa manusia adalah setara harus selalu ditanamkan. Jadi, tidak peduli jabatan dan posisi, dengan menyadari bahwa manusia adalah sama, maka hal tersebut akan meminimalisir senioritas.
Terakhir, ada bullying yang saat ini kerap menjadi masalah sosial di lingkungan sekolah. Penyebabnya adalah dua kondisi; ada anak yang merasa lebih hebat dan superior, serta ada anak yang memang tidak banyak melawan sehingga ia tidak berdaya. Alhasil, salah satu anak akan jadi pihak pem-bully dan yang di-bully.
Pada dasarnya, bullying tidak dibenarkan dalam situasi dan kondisi apa pun. Tindakan ini termasuk kekerasan yang bisa berakibat buruk pada kehidupan anak-anak selanjutnya. Oleh karena itu, antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan pemahaman bahwa menghakimi, menyakiti, dan menyebarkan desas-desus orang lain adalah bullying. Di sisi lain, setiap anak ditanamkan sifat berdaya, sehingga ia bisa menolong dirinya sendiri ketika di-bully maupun untuk orang lain.
Masalah sosial di lingkungan sekolah adalah situasi yang harus dihadapi setiap hari oleh pihak sekolah. Maka dari itu, berbagai langkah antisipasi harus disiapkan demi menjamin kelancaran proses belajar dan mengajar. Regina Pacis pun demikian, selalu berusaha untuk meminimalisir timbulnya masalah dengan melakukan tindakan preventif yang sesuai dengan prosedur sekolah maupun lembaga.